Penyebab Kecerdasan Emosi dan Fenomena Anarkistis Sangat Penting

Pengasuhan orang tua yang keras, terbiasa menggunakan hukuman fisik dan psikis sebagai media hukuman juga terbukti secara langsung dapat memiliki pengaruh buruk terhadap kemampuan seorang anak dalam mengendalikan emosi. Pengalaman ini tentu akan berpengaruh pada sikap dan kepribadian seseorang tersebut hingga berusia dewasa.

Baca Juga: contoh iklan

Kehilangan rasa empati dan kehilangan kemampuan pengendalian luapan emosi saat usia dewasa dipercaya merupakan dampak dari berbagai perilaku orang tua yang selalu mengekspresikan kemarahan secara berlebihan kepada anak ketika mereka masih berusia dini.

Baca Juga: contoh kasus pelanggaran HAM di indonesia

Selain itu, perlakuan orang tua yang tidak mau melihat anaknya memiliki rasa takut atau marah dengan menerapkan berbagai tindakan kejam, menggunakan kritik, atau hukuman untuk membuat anak mereka tidak menampilkan rasa takut atau marah dipercaya sebagai salah satu penyebab hilangnya kemampuan anak dalam mengekspresikan emosi mereka dengan benar, termasuk kemampuan mereka untuk menunjukkan empati.

Artikel Terkait: gambar interaksi sosial

Pengalaman inilah yang sehari-hari dialami oleh RI, remaja berusia 15 tahun pembunuh Grace (6) di Cibinong. Pengalaman kesehariannya yang selalu menerima cacian dan makian terhadap berbagai sikapnya dari orang tua dan lingkungan sekitarnya menggerus kapasitas kecerdasan emosinya hingga menjadi pribadi yang "kebal" dan tidak memiliki empati terhadap lingkungan.
Selain itu, sikap dan perilaku orang tua yang selalu menyepelekan rasa takut dan marah RI sehari-hari diprediksi sebagai salah satu penyebab ketidakmampuannya untuk mengekspresikan kemarahannya secara proporsional. Bahkan, RI tidak dapat membedakan ekspresi sikap emosi peduli, empati, marah, maupun melecehkan sehingga ketika ibu korban bermaksud menunjukkan kepeduliannya dengan menasihati pelaku kekerasan untuk berangkat sekolah, RI menganggap hal tersebut adalah sikap pelecehan.
Selain itu, pengalaman menyaksikan berbagai tindakan sadisme dan anarkis baik secara langsung maupun media (TV, cetak, online ) diyakini sebagai hal lain pemicu terjadinya kegagalan dalam pengendalian emosi yang berujung pada berbagai tindakan anarkistis. Terlebih lagi apabila tayangan sadisme tersebut telah terbiasa dikonsumsi sejak seseorang berusia anak-anak.
Kemampuan individu dalam pengendalian emosi yang dibarengi dengan pengalaman menyaksikan tayangan anarkistis menjadi sebuah integrasi yang kuat untuk membentuk pribadi seseorang menjadi keji.

Komentar

Postingan Populer